Sabtu, 09 Mei 2009

PENGOLAHAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT ( BOKAR)

PENGOLAHAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT ( BOKAR)




Mutu bahan olah karet rakyat (bokar) sangat menentukan daya saing karet alam Indonesia dipasar International. Dengan mutu bokar yang baik akan terjamin permintaan pasar jangkan panjang . Mutu bokar yang baik dicerminkan oleh Kadar Kering Karet (KKK) dan tingkat kebersihan yang tinggi. Upaya perbaikan mutu bokar harus dimulai sejak penanganan lateks di kebun sampai dengan tahap pengolahan akhir.

A. Penanganan Lateks Kebun
Lateks kebun yang bermutu baik merupakan syarat utama untuk mendapatkan hasil bokar yang baik. Penurunan mutu dipengaruhi oleh aktivitas organisme yang akan menjadi masalah dalam proses pengolahan sit asap atau sit angina dan krep (crepe), lateks pekat. Penurunan mutu biasanya disebabkan aktivitas enzim, iklim, budidaya tanaman / jenis klon, pengangkutan, serta kontaminasi kotoran dari luar. Untuk mencegah hal itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. alat-alat penyadapan dan pengangkutan harus senantiasa bersih dan tahan karat.
2. lateks harus segera diangkat ketempat pengolahan tanpa banyak goncangan
3. lateks tidak boleh terkena matahari langsung.
4. atau dengan menambahkan amonia (NH3) atau natrium sultit (Na2SO3) dengan dosis 5ml – 10 ml /liter lateks. Efek samping penggunaan amonia lateks mudah menguap sehingga jika dibiarkan ditempat terbuka akan cepat menurun kadarnya dalam proses penggumpalan diperlukan asam format(semut) lebih banyak.

B. Penentuan Kadar Karet Kering
Kadar Karet Kering (KKK) lateks atau bekuan sangat penting untuk diketahui karena selain dapat digunakan sebagai pedoman penentuan harga juga merupakan standar dalam pemberian bahan kimia untuk pengolahan RSS, Krep, dan Lateks Pekat.
Ada empat metode penentuan KKK yang digunakan yakni metode laboratorium baku, metode chee, metode hidrometri, dan metode panci penggoreng.
Pada dasarnya keempat metode tersebut memiliki prinsip penentuan kadar yang sama perbedaan hanya pada peralatan dan metodenya. Cara Perhitungan KKK adalah : Bobot Karet Kering
________________ x 100 %
Bobot Lateks

C. Jenis Bahan Olah Karet Rakyat
Dalam rangka perbaikan mutu bokar, pemerintah telah menetapkan SNI-Bokar No.06-2047-2002 tanggal 17 oktober 2002. dengan kriteria nilai KKK, kebersihan, ketebalan, dan jenis bahan bekuan
Bokar yang bermutu tinggi harus memenuhi beberapa persyaratan teknis yaitu :
1. Tidak ditambahkan bahan-bahan Non karet
2. Dibekukan dengan asam format/semut atau bahan lain yang dianjurkan dengan dosis yang tepat
3. Segera digiling dalam keadaan segar
4. Disimpan ditempat yang teduh dan terlindung
5. Tidak direndam dalam air.

Bahan olah karet rakyat :
1. Lum Mangkuk : adalah lateks kebun yang dibiarkan membeku secara alamiah dalam mangkuk, pada musim penghujan untuk mempercepat proses pembekuan lateks ditambahkan asam format/semut atau bahan lainnya.
2. Lum Bambu : adalah sistem pembekuan lateks dengan menggunakan tabung bambu dengan penambahan asam format/semut atau bahan lainnya
3. Sleb/Lum Deurob ( Asap Cair ) : lateks ditambahkan pembeku Deorub dengan perbandingan 10 : 1 , pembeku deorub telah ditemukan oleh balai penelitian sembawa yang berfungsi sebagai pembeku lateks , mencegah, dan menutup bau busuk pada bekuan, mempertahankan nilai Po & PRI, memberikan aroma asap yang khas serta bewarna cokelat.
4. Sleb Tipis dan Sleb Giling : Bahan olah karet rakyat pada umumnya dalam bentuk Sleb tipis dan giling cara pembuatan yang umum dilakukan adalah dengan mencampurkan lateks dengan lum mangkok kemudian dibekukan dengan asam format/semut didalam bak pembeku yang berukuran 60cm x 40 cm x 6 cm tanpa perlakuan penggilingan, bahan olahan ini lebih disukai karena mutu yang dihasilkan seragam dengan Kadar Karet Kering (KKK) sekitar 50%, tidak ada resiko penurunan mutu serta muda didalam pengangkutan .
5. Blanket : Sleb tipis dapat diolah menjadi blanket melalui penggilingan dengan mesin mini Creper, proses penggilingan dilakukan sebanyak 4-6 kali sambil disemprot air untuk menghilangkan kotoran yang terdapat didalam sleb, Blanket mempunyai Ketebalan sekitar 0,6cm-1cm, dengan KKK sekitar 65% - 75%.
6. Sit Angin (Unsmoked sheet/USS : Sit angin adalah lembaran karet hasil bekuan lateks yang digiling dan dikering anginkan sehingga memiliki KKK 90 – 95 % proses pembuatn sit angin terdiri dari penerimaan dan penyaringan lateks, pengenceran, pembekuan, pemeraman, penggilingan, pencucian, penirisan, dan pengiringan.
7. Sit Asap ( Ribbed Smoked Sheet/RSS ) : Proses pengolahan Sit Asap dengan pembeku asam format/semut hamper sama dengan sit angin, bedanya terletak pada proses pengeringan, yaitu pada sit asap dilakukan pengasapan pada suhu yang bertahap antara 40derajat – 60 derajat celcius selama 4 hari . Klasifikasi Sit Asap menjadi RSS 1, RSS 2, RSS 3, dan cutting dilakukan setelah proses pengeringan, keuntungan yang diperoleh RSS dapat langsung diekspor atau sebagai bahan baku industri barang jadi karet, mutu produk seragam dan konsisten, harga paling tinggi dibandingkan jenis bokar yang lain.
8. Lateks Pekat : Lateks Pekat adalah lateks kebun yang dipekatkan dengan cara pusingan atau didadihkan dari KKK 28% - 30 % menjadi KKK 60 % - 64 % , pengolahan lateks pekat melalui beberapa tahap yaitu penerimaan dan penyaringan lateks kebun, pembuatan larutan pendadih, pendadihan, dan pemanenan.

PENYADAPAN TANAMAN KARET

PENYADAPAN TANAMAN KARET


Penyadapan merupakan suatu tinndakan pembukaan pembuluh lateks, agar lateks yang terdapat didalam tanaman karet luar. Cara penyadapan yang telah dikenal luas adalah dengan mengiris sebagian dari kulit batang. Sistem penyadapan diharahpkan mampu menghasilkan lateks yang banyak, biayanya rendah, dan tidak mengganggu kesinambungan produksi tanaman. Oleh karena itu pelaksanaan penyadapan harus mengikuti aturan atau norma yang benar.

A. Penentuan Matang Sadap
Matang sadapTanaman karet akan siap apabila sudah matang sadap pohon, artinya tanaman karet telah sanggup disadap untuk dapat diambil lateksnya tanpa menyebabkan gangguan yang berarti terhadap pertumbuhan dan kesehatannya. Kesanggupan tanaman untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan lilit batang pada umur tanaman .
1. Umur Tanaman.
Dalam keadaan pertumbuhan normal, tanaman karet akan siap disadap pada umur 5 – 6 tahun. Namun demikian seringkali dijumpai tanaman belum siap disadap walau umurnya sudah lebih dari 6 tahun. Hal ini terjadi akibat kondisi lingkungan dan pemeliharaan yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman. Sebenarnya Penyadapan karet dapat dilakukan pada usia kurang dari 5 tahun dengan syarat kondisi lingkungan dan pemeliharaan dilakukan dengan sangat baik sehingga pertumbuhan tanaman akan lebih cepat. Artinya umur tanaman karet tidak dapat digunakan sebagai pedoman untuk menetapkan matang sadap dan hanya dapat digunakan sebagai pedoman untuk pengukuran lilit batang .
2 Pengukuran lilit batang
Lilit batang telah disepakati sebagai pedoman untuk mengetahui pertumbuhan tanaman karet, karena hasil tanaman karet berupa lateks diperoleh dari batangnya(kulit batang). Tanaman karet dikatakan matang sadap apabila lilit batang sudah mencapai 45 cm atau lebih. Pengukuran lilit batang untuk menentukan matang sadap mulai dilakukan pada waktu tanaman berumur 4 tahun. Lilit batang diukur pada ketinggian batang 100 cm dari pertautan mata okulasi.
3. Matang Sadap Kebun
Penyadapan dapat dimulai setelah kebun karet memenuhi kriteria matang sadap kebun. Kebun dikatakan matang sadap kebun apabila jumlah tanaman yang sudah matang sadap pohon sudah mencapi 60% atau lebih. Pada kebun yang terpelihara dengan baik, jumlah tanaman yang matang sadap pohon biasanya telah mencapai 60-70% pada umur 4-5 tahun.

B. Persiapan Pembukaan Bidang Sadap
Sebelum melakukan pembukaan bidang sadap dilakukan Penggambaran bidang sadap pada kebun yang sudah mencapai matang sadap. Kriteria yang ditetapkan dalam penggambaran bidang sadap terdiri dari tinggi bukaan sadap, arah dan sudut kemiringan irisan sadap, panjang irisan sadap, dan letak bidang sadap .
1. Tinggi bukaan sadap adalah 130 cm diatas pertautan okulasi. Ketinggian ini berbeda dengan ketinggian pengukuran lilit batang untuk penentuan matang sadap.
2. Arah dan sudut kemiringan irisan sadap diharapkan dapat memotong pembuluh lateks sebanyak mungkin agar lateks yang keluar maksimal. Posisi pembuluh lateks pada umumnya tidak sejajar dengan batang tanaman tetapi agak miring dari kanan atas kekiri bawah membentuk sudut 3,7 derajat dengan bidang tegak. Agar pembuluh yang terpotong maksimal jumlahnya, arah irisan sadap harus dari kiri atas kekanan bawah tegak lurus terhadap pembulu lateks. Sudut kemiringan irisan sadap berpengaruh terhadap produksi. Sudut kemiringan yang paling baik berkisar antar 30 – 40 derajat terhadap bidang datar untuk bidang sadap bawah dan 45 derajat pada bidang sadap atas. Sudut kemiringan sadap juga berpengarug pada aliran lateks kearah mangkuk sadap. Sudut kemiringan yang terlalu datar dapat menyimpang dari alur aliran lateks, selain itu
dapat menyebabkan aliran lateks menjadi lambat dan sering membeku sebelum sampai kemangkuk.
3. Panjang irisan sadap sangat berpengaruh terhadap produksi dan pertumbuhan tanaman. Panjang irisan sadap yang dianjurkan untuk karet rakyat adalah ½ S ( irisan miring sepanjang ½ spiral )
4. Penentuan letak bidang sadap perlu dilakukan agar pelaksanaan penyadapn cepat dan mudah dikontrol. Oleh karena itu bidang sadap harus diletakkan pada arah yang sama dengan arah pergerakan penyadap waktu menyadap. Jadi bidang sadap diletakkan pada arah timur-barat ( pada jarak antar tanaman yang pendek )
5. Pemasangan talang sadap dilakukan bertujuan supaya tidak mengganggu pelaksanaan penyadapan sehingga lateks dapt mengalir dengan baik dan tidak terlalu banyak meninggalkan getah bekuan pada batang,. Talang sadap baiknya dibuat dari seng dengan lebar 2,5 cm dan panjang +/- 8 cm dipasang pada jarak 5-10cm dari ujung irisan bagian bawah.. Pemasangan mangkuk sadap dilakukan pada jarak 15 cm – 20 cm dibawah talang sadap hal ini dilakukan agar lateks dapat mengalir sampai ke mangkuk dengan baik, mangkuk pada umumnya terbuat dari tanah liat, plastik, alumunium, atau batok kelapa yang diikat dengan menggunakan kawat

C. Pelaksanaan Penyadapan

1. Kedalaman Irisan Sadap
Pembuluh lateks dalam kulit batang tersusun berupa barisan dan terdapat pada bagian luar sampai bagian dalam kulit, semakin kedalam jumlah pembuluh kateks semakin banyak. Penyadapan diharapkan dapat dilakukan selama 25 – 30 tahun karena itu diusahakan pulit pulihan dapat terbentuk dengan baik oleh karena itu kerusakan saat penyadapan harus dihindari. Kedalaman irisan sadap yang dianjurkan adalah 1 mm – 1,5 mm agar pohon dapat disadap 25 – 30 tahun.
2. Ketebalan irisan sadap
Lateks akan mengalir dengan cepat pada awalnya, dan semakin lama akhirnya akan semakin lambat hingga akhirnya terhenti sama sekali. Hal ini disebabkan tersumbatnya ujung pembuluh lateks dengan gumpalan lateks. Sumbatan berupa lapisan yang sangat tipis. Lateks akan mengalir bila sumbatan dibuang dengan cara mengiris kulit pada hari sadap berikutnya dengan ketebalan 1,5 mm – 2 mm setiap penyadapan .
3. Frekuensi penyadapan adalah jumlah penyadapan yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu. Penentuan frekuensi penyadapan sangat erat kaitannya dengan panjang irisan dan intensitas penyadapan. Dengan panjang irisan ½ spiral (1/2 S) , frekuensi penyadapan yang dianjurkan untuk karet rakyat adalah satu kali dalam 3 hari (d/3) untuk 2 tahun pertama penyadapan, dan kemudian diubah menjadi satu kali dalam dalam 2 hari (d/2) untuk tahun selanjutnya. Menjelang peremajaan tanaman, panjang irisan dan frekuensi penyadapan dapat dilakukan secara bebas .
4. Waktu penyadapan
Jumlah lateks yang keluar kecepatan alirannya dipengaruhi oleh tekanan turgor sel. Tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar, dan akan menurun bila hari semakin siang. Oleh karena itu penyadapan sebaiknya dilakukan sepagi mungkin setelah penyadap dapat melihat tanaman dengan jelas, yaitu jam 05.00 – 07.00 .

D. Sistem Eksploitasi
Kemampuan tanaman dalam menghasilkan lateks berubah yang dipengaruhi oleh umur tanaman. Oleh karena itu aturan penyadapannya juga harus disesuaikan dalam suatu sistem sadap yakni aturan-aturan yang dilakukan pada suatu periode. Beberapa sistem sadap yang dirangkai dan dilakukan secara berurutan sepanjang siklus produksi tanaman dinamakan sistem eksploitasi. Sistem ekploitasi yang dianjurkan untuk karet rakyat adalah sistem eksploitasi konvensional.


No Sistem Sadap Jangka Waktu
0(I) Kulit Perawan
1(II)Kulit Perawan
2(II)Kulit Perawan
3(II) Kulit Perawan
4(III)Kulit Pulihan Pertama
5(III)Kulit Pulihan Pertama
6a(IV)Kulit Pulihan Pertama
6b(IV) kulit Pulihan Pertama
7-8(V) Kulit Pulihan Kedua TBM
½ s d/3
½ s d/2
½ s d/2
½ s d/2
½ s d/2
½ s ↑ d/2
½ s ↑ d/2
Bebas
5 Tahun
2 Tahun
3 Tahun
4 Tahun
4 Tahun
4 Tahun
2 Tahun
2 Tahun
4 Tahun

Ket : 1.TBM (Tanaman Belum Menghasilkan)2. ↑ : sadapan atas

D. APLIKASI PEMILIHAN HERBISIDA

D. APLIKASI PEMILIHAN HERBISIDA

Keberhasilan dan efisiensi aplikasi bergantung pada beberapa faktor utama, antara lain, ketepatan pemilihan herbisida, penguasaan teknik, dan ketepatan aplikasi herbisida dilapangan.

Nama Formulasi Bahan Aktif Gulma Sasaran
(g/L) Nama
Roundup

Basmilang 480 AS

Rambo 480 AS

Agrofos 480 AS

Polaris 240 AS

Spark 160 AS

Sting 160 AS

Touchdown 480 AS

Ally 20 WDG

Paracol



Scout 180/22 AS


Glidamin 300/100 AS 480

480


480

480

240

160

158,2

480


200

200
200


240
73

300
100 Isopropilamina Glifosat

Isopropilamina Glifosat


Isopropilamina Glifosat

Isopropilamina Glifosat

Isopropilamina Glifosat

Isopropilamina Glifosat

Isopropilamina Glifosat

Sulfosat


Metsulfuron Metil

Paraquat Diuron



Isopropilamina Glifosat kalium-Picloran

Isopropilamina Glifosat
2,4 D Amina
Imperata Cylindrica, Paspalum, Cynodon.
Imperata Cylindrica, Paspalum.

Imperata Cylindrica, Rumput.
Imperata Cylindrica, Rumput.
Paspalum, Ottochloa, Imperata Cylindrica.
Ottochloa, Imperata Cylindrica.
Ottochloa, Paspalum

Imperata Cylindrica, Paspalum, Ottochloa.

Lantana, Melastoma, Chromolaena.
Ottochloa, Paspalum.



Ottochloa, Paspalum. mekania, Borreria.

Paspalum, mekania.
Catatan : 1. Dosis penggunaan dapat dilihat pada kemasan 2.Nama & jenis herbisida terkini yang secara resmi telah terdaftar dan diizinkan penggunaanya setiap tahunnya dapat dilihat pada buku “pestisida untuk pertanian dan kehutanan” yang disusun oleh Departemen Pertanian.

C. PENGENDALIAN GULMA

C. PENGENDALIAN GULMA

Diperkebunan karet gulma dapat dikendalikan dengan cara Mekanis, Kultur Teknis, dan Kimiawi. Ketiga cara tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing sehingga dianjurkan diterapkan secara terpadu, disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan petani agar diperoleh hasil yang efektif dan efisien.
Cara mekanis dilakukan dengan menggunakan alat-alat sederhana seperti cangkul, parang, dan peralatan manual lainnya. Namun cara ini membutuhkan waktu, tenaga, biaya yang cukup tinggi serta dapat merugikan pertumbuhan tanaman karena dapat melukai akar dan merusak fisik tanah selain itu cara mekanis di anggap kurang efektif karena gulma yang perkembangbiakannya dalam tanah sulit terjangkau pengendaliannya.
Pengendalian gulma dengan cara kultur teknis dilakukan dengan cara menanam tanaman penutup tanah seperti leguminosa. Tanaman ini selain efektif menekan pertumbuhan gulma, tetapi juga dapat menambah bahan organik dan unsure hara dalam tanah. Namun cara ini memerlukan biaya relatif tinggi sehingga hanya sebagian kecil petani yang dapat menerapkannya.
Pengendalian gulma secara kimiawi menggunakan herbisida mempunyai beberapa kelebihan karena pelaksanaannya cepat, menggunakan sedikit tenaga, dan memebrikan hasil yang efektif. Tetapi petani dihadapkan kendala modal untuk pembelian herbisida serta pengetahuan dan keterampilan yang cukup tentang teknik aplikasi herbisida.






Frekuensi Pengendalian gulma dengan herbisida berdasarkan tingkat umur tanaman karet

Umur Tanaman
(tahun) Aplikasi Herbisida Lebar Piringan/jalur
Kondisi Tajuk Frekuensi Waktu
Tanaman belum menghasilkan 2 - 3 tahun

4 – 5 tahun


Tanaman menghasilkan 6 – 8 tahun

9 -15 tahun


> 15 tahun Belum menutup


Mulai menutup

Sudah menutup


Sudah menutup

Sudah menutup 3 – 4 kali



2 – 3 kali


2 – 3 kali



2 kali


2 kali Maret, juni, September, Desember*

Maret, September, juni*
Maret, September, juni*

Maret, September

Maret, September 1.5 – 2.0 cm



1.5 – 2.0 cm


2.0 – 3.0 cm



2.0 – 3.0 cm


2.0 – 3.0 cm


• Aplikasi herbisida dilakukan secara Spot ( Setempat ) pada daerah yang pertumbuhan gulmanya relatif lebat.

C. PENYAKIT DAUN

C. PENYAKIT DAUN

1. Penyakit Gugur Daun Corynespora (C.cassiicola)

Gejala dan perkembangannya
Penyakit gugur daun Corynespora disebabkan oleh jamur Corynespora cassicola yang menyerang daun karet muda maupun tua. Gejala serangan pada daun cokelat masih belum tampak tetapi sesudah daun menjadi hijau muda gejala mulai terlihat berupa bercak hitam kemudian berkembang seperti menyirip daun mejadi lemas dan pucat pada bagian ujungnya mati dan menggulung pada daun tua. Bercak hitam tersebut akan tampak seperti tulang ikan dan akan makin meluas mengikuti urat daun dan kadang-kadang tidak teratur. Bagian pusat bercak bewarna cokelat atau kelabu kering dan berlubang selanjutnya daun akan menjadi kuning atau cokelat kemerahan dan akhirnya gugur. Jamur ini menyerang tangkai dan daun muda. Serangan jamur biasanya berlangsung lambat dan gugur daun biasanya baru terjadi 2 -3 bulan setelah infeksi jamur. Pengguguran daun akan berlangsung secara terus menerus sepanjang tahun sehingga pertumbuhan terhambat, tidak dapat disadap dan lambat laun tanaman akan mati. Serangan sering terjadi pada kebun-kebun yang terdapat didataran rendah dengan keadaan iklim agak basah. Penularan jamur berlangsung dengan penyebaran spora yang diterbangkan oleh angin dalam kondisi agak lembab pada siang hari , jamur ini mempunyai banyak tumbuhan inang seperti ketela pohon, akasia, angsana, papaya, beberapa rumputan dan lain-lain .

Tindakan Pengendalian
a. Tidak menanam klon yang rentan pada daerah rawan serangan jamur. Dianjurkan menanam beberapa klon anjuran dalam suatu hamparan kebun untuk mengurangi resiko kerugian akibat serangan jamur.
b. Memberikan pupuk ekstra dengan menambah dosis KCL (1,5 x dosis anjuran ) untuk meningkatkan kemampuan tanaman menahan serangan jamur.
c. Melindungi tanaman dengan penyemprotan fungisida Antracol 70 WP, Bavisitin 50 WP, Benlate 50 WP, Daconil 75 WP atau Dithane M-45 dengan alat semprot punggung. Penyemprotan dilakukan seminggu sekali dimulai pada waktu tanaman berdaun cokelat sampai hijau. Penggunaan fungisida hanya dapat dilakukan di pembibitan dalam polybeg sedangkan pada tanaman dilapangan dianggap tidak menguntungkan.
d. Tanaman yang produksinya sangany rendah karena serangan berat terus-menerus sebaiknya diganti dengan klon yang tahan terhadap penyakit gugur daun Corynespora.

2. Penyakit Gugur Daun Colletotrichum ( C. Gloeosporioides )

Gejala dan Perkembangannya
Penyakit gugur daun colletotrichum disebabkan oleh jamur Colletotrichum Gloeosporioides. Penyakit gugur daun ini mengakibatkan kerusakan pada tanaman di pembibitan, tanaman muda, dan menghasilkan. Daun-daun muda yang terserang terlihat lemas bewarna hitam, mengeriput bagian ujungnya mat , menggulungi dan akhirnya gugur. Pada daun dewasa terlihat bercak-bercak bewarna hitam, berlubang dan daun berkeriput serta bagian ujungnya mati. Tanaman yang terserang berat, tajuknya menjadi gundul sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat dan produksinya menurun. Penyakit ini juga mengakibatkan mati pucuk.
Serangan jamur terjadi pada waktu tanaman membentuk daun muda selama musim hujan. Serangan berat biasanya terdapat pada klon peka dan kebun yang terletak pada ketinggian di atas 200 m dari permukaan laut serta beriklim basah.
Penularan jamur berlangsung dengan perantaraan spora yang dibawa oleh angin dan air hujan terutama pada malam hari atau cuaca lembab.

Tindakan Pengendalian
a. Tidak menanam klon yang rentan pada kebun-kebun yang rawan penyakit gugur daun colletotrichum yaitu didaratan tinggi dan bercurah hujan tinggi.
b. Memacu pembentukan daun muda lebih cepat dan mendorong pertumbuhan tanaman yang lebih baik dengan memberikan pupuk ekstra beberapa kali sebelum terbentuk duan baru agar tanaman terhindar dan lebih tahan terhadap serangan jamur.
c. Melindungi tanaman dengan penggunaan fungisida Antracol 70 W, Cupravit 21 OB, Daconil 75 WP, Delsense MX 200, Dithane M-45, Manzate M-200, atau Sportak 450 EC seminggu sekali selama lima kali penggunaan. Penggunaan fungisida dilakukan pada waktu 10% pohon dalam kebun atau pembibitan telah membentuk daun baru. Penggunaan fungisida dilakukan dengan memakai alat mistblower atau alat semprot punggung dipembibitan atau kebun entres sedangkan alat pengabut ( fulsfog atau dynafog ) pada pertanaman dilapangan. Penggunaan Cupravit 21 OB yang mengandung unsur tembaga tidak dianjurkan pada tanaman yang menghasilkan karena merusak mutu lateks.

3. Penyakit Gugur Daun Oidium ( O. Heveae )

Gejala dan perkembangannya

Penyakit gugur daun ini disebabkan oleh jamur Oidium Heveae. Penyakit ini mengakibatkan kerusakan pada tanaman dipembibitan, tanaman muda dan menghasilkan. Jamur menyerang daun muda yang masih bewarna cokelat. Daun yang terserang terlihat bewarna hitam, lemas mengeriput, dan berlendir. Dibawah permukaan daun terdapat bercak putih seperti tepung halus yang terdiri dari atas benang hifa dan dan spora jamur. Pada serangan lanjut daun akar gugur dan tinggal tangkainya saja. Serangan jamur pada daun tua ditandai dengan adanya bercak kekuningan pada helaian daun dan terdapat tepung halus bewarna putih dipermukaan tetapi daun-daun tersebut tidak banyak gugur. Serangan berat jamur mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat dan tingkat produksi yang menurun. Jamur ini juga menyerang bunga tanaman sehingga produksi biji juga menurun.
Serangan penyakit biasanya berlangsung pada waktu daun muda terbentuk bersamaan dengan hujan rintik-rintik atau kabut dipagi hari pada awal musim hujan. Serangan berat pada umumnya terjadi pada klon peka dan kebun yang terdapat pada ketinggian dia atas 200 mdari permukaan air laut.
Penularan jamur berlangsung dengan perantaraan spora yang diterbangkan oleh angina dan embun jarak jauh .

Tindakan Pengendalian
a. Klon-klon yang rentan sebaiknya tidak ditanam didaerah yang rawan penyakit gugur daun Oidium.
b. Menghindari serangan jamur Oidium Heveae dengan merangsang pembentukan daun baru lebih awal. Tanaman yang terlambat gugur alami dan diperkirakan akan membentuk daun baru pada awal musim hujan perlu diberi pupuk tambahan nitrogen satu kali dosis anjuran. Pupuk nitrogen berfungsi untuk merangsang pembentukan daun baru lebih awal sehingga diharapkan daun tanaman telah menjadi hijau pada waktu jamur Oidium Heveae timbul pada awal musim hujan. Perlu diperhatikan bahwa sebaiknya pupuk tersebut dibenamkan kedalam tanah agar mudah diserap akar tanaman.
c. Melindungi daun tanaman dari serangan Oidium Heveae dengan fungisida Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC, Belerang, atau Tilt 250 EC. Penggunaan fungisida dilakukan seminggu sekali sebanyak lima kali, dimulai pada waktu 10% pohon dalam kebun membentuk daun baru dan telah terlihat gejala serangan Oidium Heveae berupa bercak hitam atau cokelat atau embun tepung bewarna putih pada daun tanaman. Penggunaan belerang(10-15kg/ha) dilakukan dengan cara penghembusan dengan alat penghembus bermotor pada pada pagi hari agar fungisida mudah melekat pada permukaan daun yang masih basah dan tidak diterbangkan oleh angin. Sedangkan penggunaan Bayleton 250 EC, Bayfidan 250 EC atau Tilt 250 EC dilakukan dengan alat penyemprot bermotor atau alat Pengabut ( fulsfog atau dynafog ).


GULMA DI PERKEBUNAN KARET DAN PENGENDALIANNYA

Gulma pada tanaman adalah tumbuhan yang tumbuh disuatu tempat dan pada waktu tidak tepat sehingga keberadaanya tidak dikehendaki karena menganggu pertumbuhan tanaman, terganggunya aktifitas pemeliharaan, penurunan produksi sampai dengan kematian tanaman sehingga dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup tinggi apabila tidak segera dikendalikan.
A. Berikut kerugian langsung dan tidak langsung yang ditimbulkan Gulma

1. Gulma menghambat pertumbuhan tanaman dan menurunkan produksi karena terjadi kompetisi dengan tanaman dalam pemanfaatan air, unsure hara, cahaya matahari, C02, dan ruang tumbuh .
2. Gulma disepanjang jalur tanaman karet menghasilkan akan menghambat pelaksanaan penyadapan dan pengumpulan lateks sehingga meningkatnya biaya produksi atau pemanenan.
3. Gulma meningkatkan biaya pemeliharaan tanaman karet sebesar 50-70% pada tanaman belum menghasilkan, 20-30% pada tanaman menghasilkan.
4. Beberapa jenis gulma dapat mendorong berkembangnya penyakit tanaman karet karena berperan sebagai inang suatu patogen dan meningkatkan kelembapan tanah disekitar perakaran tanaman .
5. Gulma sering menjadi pemicu terjadinya kebakaran terutama pada pertumbuhan gulma yang cukup lebat seperti alang-alang pada musim kemarau .

B. Beberapa jenis gulma pada perkebunan karet

1. Imperata Cylindrica ( L. ) Raeuschel
Imperata Cylindrica dikenal dengan beberapa nama umum seperti alang-alang(jawa), lalang(melayu), dan eurih(sunda) serta banyak nama lainnya. Alang-alang dapat tumbuh baik pada pada daerah dataran rendah sampai dengan ketinggian 2000 m dari permukaan air laut .
2. Mikania Micranta HBK
Mikania Micranta adalah gulam tahunan yang juga dikenal dengan beberapa nama umum seperti sembung rambat ( jawa ), dan areu sembung rambat (sunda ). Daerah penyebarannya cukup luas, yaitu daerah dataran rendah sampai dengan ketinggian 1000 m diatas permukaan laut.
3. Melastoma Malabathricum L
Melastoma Malabathricum mempunyai beberapa nama daerah antara lain senduduk (melayu), senggani(jawa), dan harendong(sunda). Gulma ini banyak dijumpai dilahan perkebunan dengan jenis tanah podsolik merah kuning, dan mampu tumbuh baik sampai dengan ketinggian 1.650 m diatas permukaan air laut.
4. Chromolaena Odorata ( L.)R.M.King dan H.Robinson.
Gulma ini dahulu dikenal sebagai Eupatorium Adoratum(L.) dan memiliki nama umum kirinyuh(sunda), Babanjaran(sunda), dan pokok kapal terbang (melayu). Gulma ini dapt tumbuh dengan baik dalam keadaan lingkungan yang teduh maupun kering, sehingga daerah perkembangannya cukup luas diberbagai jenis tanah dan komoditi yang dibudidayakan.
5. Lantana Camara L.
,ayam(melayu), puyengan(jawa), dan kembang telak(jawa) adalah tumbuhan perdu tahunan yang berasal dari amerika. Daerah penyebarannya cukup luas yaitu daerah dataran rendah sampai pada ketinggian 1.700 meter diatas permukaan laut.
6. Paspalum Conjugatum Berg.
Paspalum Conjugatum berasal dari daerah amerika tropis dan memiliki beberapa nama local antara lain rumput pait( melayu), paitan(jawa), dan jukut pahit(sunda). Gulma ini merupakan rumput tahunan yang tumbuh menjalar dan memiliki stolon, yang pada setiap ruasnya dapat berbentuk akar. Batang atau rumpun Paspalum Conjugatum dapat tumbuh tegak atau miring dengan ketinggian mencapai 60 cm .

PENGOBATAN TANAMAN SAKIT

PENGOBATAN TANAMAN SAKIT


Sebaiknya dilakukan pada waktu serangan dini untuk mendapatkan keberhasilan pengobatan dan risiko kematian tanaman .Bila pengobatan dilakukan pada waktu serangan lanjut maka kberhasilan pengobatan hanya mencapai dibawah 80%.
Cara penggunaan dan jenis yang dianjurkan adalah :
a. Pengolesan: Calixin CP, Fomac 2, Ingro Pasta 20 PA, dan Shell CP dilakukan pada sekeliling tanaman sakit ( akar lateral yang telah membusuk sebaiknya dipotong )
b. Penyiraman : Alto 100 SL, Anvil 50 SC, Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC, Calixin 750 EC, Sumiate 12,5 WP, dan Vectra 100 SC. Dengan dosis 1-2liter pada tanaman belum menghasilkan dan 2-3liter pada tanaman menghasilkan , penyiraman juga dilakukan pada tanaman tetangga untuk mencegah penularan.
c. Penaburan : Anjap P, Biotri P, Bayfidan 3 G(5-10g/pohon), Belerang, dan Triko SP+(50g/pohon pada tanaman usia 0-2 tahun , 100g/pohon pada tanaman umur 2-4 tahun, dan 150g/pohon pada tanaman usia 5 tahun. Penggunaan Triko SP+ sebaiknya diikuti dengan penaburan belerang sebanyak 50g-100g/pohon disekeliling tanaman sampai selebar 1m dari leher akar.
Pada saat pengobatan tanah disekitar tanaman sakit digemburkan terlebih dahulu untuk memudahkan peyerapan obat tanaman, Pengobatan sebaiknya diulangi dengan selang 6 bulan hingga tanaman menjadi sehat . Setelah dilakukan pengobatan sebaiknya tanaman sakit diberi pupuk ekstra berupa campuran pupuk urea, Sp36 dan Kcl atau Pupuk majemuk NPK sesuai anjuran.

B. PENYAKIT CABANG DAN BATANG

1. Lapuk Cabang dan Batang Fusarium

Gejala dan Perkembangannya
Lapuk cabang dan batang fusarium juga disebut Nekrosis Kulit yang disebabkan oleh Jamur Fusarium sp pada kulit yang sakit juga ditemukan juga penyakit Botryodiplodia theobromae. Gejalanya pada kulit batang timbul bercak bewarna hitam kecokelatan dengan ukuran 2-5 cm, bercak-bercak biasanya agak basah kemudian makin membesar dan akhirnya beragabung satu sama lain hingga akhirnya sebagian atau seluruh batang/cabang mengalami pembusukan. Penyakit ini dapat timbul pada batang tanaman hingga cabang tanaman hingga mengakibatkan kerusakan pada kulit batang sehingga tanaman tidak dapat disadap dan mudah patah. Kulit yang busuk dan rusak akan mengundang kumbang penggerek xyleborus mascarensis dan platypuscupulatus dan diikuti jamur ustulina sehingga menimbulkan kerusakan/batang cabang tanaman yang lebih berat. Kondisi cuaca lembab dan hujan yang terus menerus merupakan factor pendorong berkembangnya penyakit ini. Penularan penyakit berlangsung dengan penyebaran spora yang dibawa oleh angina pada kondisi cuaca lembab atau hujan .
Tindakan Pengendalian
a. Tidak menanam klon yang rentan seperti AVROS 2037, GT 1, PB 260, dan PB 235 pada daerah yang rawan penyakit( daerah lembab )
b. Melakukan pengobatan pada tanaman sakit dengan pengolesan Benlate 50 WP, Agrosid 50 SD atau Antico F-96 dengan menggunkan kuas. Atau juga bisa dilakukan dengan cara penyemprotan seminggu sekali secara berulang hingga 4-6 kali semprotan .
c. Bagian kulit yang busuk dikupas dan ditutup dengan TB 192 untuk mencegah masuknya kumbang penggerak batang/cabang.
d. Tanaman sehat disekitar disemprot atau dioles batang/cabangnya dengan fungisida seminggu sekali untuk mencegah penyakit ynag lebih luas.
e. Batang, cabang, atau tanaman yang mati dikumpulkan dan dibakar untuk menghilangkan infeksi jamur
f. Tanaman yang mengalami serangan berat diistirahatkan, tidak disadap sampai tanaman pulih kembali.

2. Jamur Upas ( corticium salmonicolor )

Gejala dan Perkembangannya
Penyakit jamur upas disebabkan oleh jamur Corticium Salmonicolor yang menyerang tanaman muda dan menghasilkan. Jamur ini mempunyai empat tingkat perkembangan, mula-mula terbentuk lapisan jamur yang tipis dan bewarna putih pada permukaan kulit kemudian jamur berkembang membentuk kumpulan-kumpulan benang jamur selanjutnya terbentuk lapisan kerak bewarna merah muda(corticium) pada tingkat ini jamur telah masuk kebagian kayu dan pada tahapan selanjutnya jamur akan membentuk lapisan tebal bewarna cokelat kehitaman ( necator ) pada bagian yang terserang biasanya keluar lateks bewarna cokelat hitam pada permukaan batang tanaman. Kulit yang sakit akhirnya akan membusuk dan bewarna hitam kemudian mengering dan terkelupas, pada bagian kayu dibawah kulit yang sakit akan menjadi lapuk dan menghitam sehingga mudah patah oleh angin. Penularan terjadi melalui penyebaran spora yang dibawa oleh angin. Serangan jamur upas sering dijumpai pada tanaman muda antara umur tiga sampai dengan tujuh tahun terutama pada daerah yang memiliki tingkat kelembapan dan curah hujan yang tinggi .
Tindakan Pengendalian
a. Menghindari penggunaan Klon yang rentan seperti GT 1 dan PB 217, Pada daerah ini sebaiknya klon yang ditanam AVROS 2037, BPM 24, BPM 1, BPM 107, PB 260, PR 261, RRIC 100.
b. Jarak tanam diupayakan tidak terlalu rapat untuk mencegah kelembapan yang tinggi karena suhu yang lembab dapat membantu perkembangan jamur upas
c. Pengobatan harus dilakukan sedini mungkin yaitu pada saat terlihat gejala adanya benang bewarna putih dengan mengoleskan Fungisida Bubur Bordo (diulang selang dua minggu), Calixin 750 EC atau Antico F-96 ( tiga bulan sekali hingga tanaman sehat ) pada bagian batang yang terkena serangan jamur hingga 30 cm pada bagian atas dan bawah dibagian yeng terserang. Bubur bordo dan fungisida yang mengandung unsure tembaga tidak dianjurkan karena dapat merusak mutu lateks.
d. Bila percabangan terkena serangan lanjut ( tingkat corticium atau necator ) dilakukan pengupasan kulit busuk kemudian dioleskan Calixin 750 EC secukupnya.
3. Kekeringan Alur Sadap ( Tapping Panel Dryness, Brown Bast )

Gejala dan perkembangannya
Penyakit ini ini disebabkan oleh penyadapan yang terlalu sering mengakibatkan kekeringan alur sadap sehingga tidak dapat mengalirkan lateks, selain itu penyakit ini juga ditimbulkan akibat penggunaan bahan perangsang lateks ethepon. Tanaman yang tumbuh subur, tanaman yang tumbuh dari biji( seedling ) dan tanaman yang sedang membentuk daun baru sering terserang Penyakit ini. Pada awalnya ditandai dengan tidak mengalirnya lateks pada sebagian alur sadap selanjutnya dalam beberapa minggu keseluruhan alur sadap ini akan menjadi kering, bewarna cokelat dan tidak mengeluarkan lateks. Kekeringan kulit tersebut dapat meluas kekulit lainnya yang seumur tetapi tidak meluas dari kulit perawan kekulit pulihan dan sebaliknya.Gejala lain yang ditimbulkan penyakit ini terjadinya pecah-pecah pada kulit dan pembengkakan atau tonjolan pada batang tanaman. Kekeringan alur sadap dapat meluas pada kulit yng seumur pada pohon yang sama artinya tidak akan menular kepohon lainnya.
Tindakan Pengendalian
a. Menghindari penyadapan yang terlalu sering dan mengurangi pemakaian perangsang lateks(ethepon) pada klon yang mudah terserang seperti BPM 1, PB 235, PB 260, PR 261, dan RRIC 100
b. Bila terjadi penurunan produksi karet kering yang terus menerus pada lateks yang dipungut serta peningkatan jumlah pohon yang terkena kering alur sadap hingga 10% pada seluruh areal, maka penyadapan diturunkan iintensitasnya dari ½ S d/2 menjadi ½ S d/3 atau ½ S d/4. dan penggunaan ethepon dikurangi atau dihentikan untuk mencegah agar pohon lainnya tidak mengalami hal yang sama.
c. Membuang kulit yang kering dengan cara pengerokan sampai batas 3mm-4mm dari kambium selanjutnya dioles dengan bahan perangsang NoBB atau Antico F-96 sekali empat bulan atau 3 kali/tahun. Pengolesan dengan NoBB harus diikuti dengan penyemprotan pestisida matador 25 EC pada bagian yang dioles sekali seminggu untuk mencegah masuknya kumbang penggerak. Penyadapan dapat dilakukan dibawah kulit yang kering atau dibagian yang sehat dengan intensitas rendah ½ S d/3 atau ½ S d/4.
d. Pohon yang mengalami kekeringan alur sadap perlu diberikan pupuk ekstra untuk mempercepat pemulihan kulit.

4. Penyakit Bidang Sadap Mouldy Rot ( Ceratocystis Fimbriata )

Gejala dan Perkembangannya
Penyakit bidang sadap mouldy rot disebabkan jamur ceratocystis fimbriata.Peyakit ini mengakibatkan kerusakan pada bidang sadapan sehingga pemulihan kulit terganggu. Bekas bidang sadapan menjadi bergelombang sehingga sagat mempersulit peyedapan berikutnya.Ada kalanya bidang sadap rusak sama sekali sehingga tidak mungkin lagi disadap.Pada bidang sadap dekat alur sadap mula-mula terlihat selaput tipis berwarna putih, kemudian berkembang membentuk lapisan seperti beludru berwarna kelabu, sejajar alur sadap, jamur mempunyai benang-benang hifa yang membentuk lapisan bewarna kelabu pada bagian yang terserang. Spora banyak dihasilkan pada bagian yang sakit, dan dapat bertahan hidup dalam keadaan kering. Bila lapisan kelabu ini dikerok akan tampak bintik-bintik bewarna cokelat atau hitam. Serangan ini meluas sampai ke cambium hingga ke bagian kayu. Penularan jamur berlangsung dengan penyebaran spora yang diterbangkan oleh angin dalam jarak jauh. Disamping itu jamur juga dapat ditularkan oleh pisau sadap ayng membawa benih penyakit dari bidang sadap yang sakit. Serangan mouldy rot biasanya timbul pada musim hujan, juga sering dijumpai pada kebun-kebun yang mempunyai kelembapan tinggi, daerah beriklim basah dan tanaman disadap terlalu sering dan terlalu dalam.
Tindakan pengendalian
a. Di daerah yang sering mengalami serangan mouldy rot atau beriklim basah sebaiknya tidak ditanam klon yang rentan GT 1.
b. Mencegah kelembapan dengan mengatur jarak tanam yang tidak terlalu rapat dan memangkas tanaman kacangan yang terlalu lebat.
c. Memberikan dosis pupuk yang tepat sesuai anjuran agar tanaman sehat sehingga pemulihan kulit berlangsung cepat.
d. Penyadapan dilakukan tidak terlalu sering dan dalam untuk mengurangi terjadinya serangan dan mempercepat pemulihan. Menurunkan intensitas penyadapan dari ½ S d/2 menjadi ½ S d/3 atau ½ S d/4, atau menghentikan penyadapan sama sekali pada waktu terjadinya serangan berat.
e. Mengobati kulit putihan yang terserang dengan mengoleskan fungisida Antico F-96, Bayleton 2 PA, Bavistin 50 WP, Benlate 50 WP, Derosal 60 WP, atau Topsin M 75 WP dengan kuas selebar 5 cm diatas irisan sadap.sehari setelah penyadapan sebelum getah kering dilepaskan dari alur sadap. Bila terjadi serangan berat penggobatan dilakukan seminggu sekali dan bila serangan ringan dua minggu sekali. Penggunaan fungisida Derosal 60 WP, Topsin M 75 WP atau Benlate 50 WP harus digilir dengan fungisida lainnya untuk terhadap fungisida tersebut.
f. Setiap kali penyadapan sebaiknya pisau sadap dicelupkan kedalam larutan fungisida tersebut untuk mencegah penularan jamur.

PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN

PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN

Penyakit pada tanaman karet sering menimbulkan kerugian ekonomis pada perkebunan karet rakyat . kerugian yang ditimbulkan tidak hanya berupa kehilangan hasil akibat kerusakan tanaman, tetapi juga biaya yang dikeluarkan dalam upaya pengendaliannya. Oleh karena itu langkah-langkah pengendalian secara terpadu dan efisien guna memperkecil kerugian akibat penyakit tersebut perlu dilakukan.
Penyakit tersebut terdiri dari 25 macam dan terdiri atas 4 golongan penyakit berdasarkan nilai kerugian ekonomis yang ditimbulkan .
1. Penyakit sangat membahayakan
Penyakit ini menimbulkan kerugian ekonomis cukup tinggi di berbagai daerah perkebunan di Indonesia. Jenis penyakit dalam kelompok ini adalah penyakit akar putih, kekeringan alur sadap, penyakit gugur daun corynespora, colletotrichum, dan oidium .
2. Penyakit membahayakan.
Penyakit ini menimbulkan kerugian ekonomis secara terbatas dan terdapat secara terbatas pada suatu klon, tingkat umur tanaman, dan daerah perkebunan tertentu. Jenis penyakit yang termasuk adalah jamur akar merah, mouldy rot, nekrosis kulit, dan jamur upas.
3. Penyakit agak membahayakan
Penyakit ini terkadang menimbulkan kerugian ekonomis pada tanaman dalam dan lokasi tertentu. Jenis penyakit ini adalah penyakit gugur daun helminthosphorium dan phytophthora, kanker bercak, dan kanker lump.
4. Penyakit kurang membahayakan.
Penyakit ini menimbulkan kerusakan tanaman tetapi tidak mengakibatkan kerugian ekonomis yang cukup berarti jenis penyakit ini adalah gugur daun guignardia, fusicoccum, cylindrocladium, penyakit akar cokelat, penyakit akar hitam, botriodiplodia sp, ganggang, dan lain-lain.

A. PENYAKIT / PENYAKIT AKAR PUTIH ( Rigidoporus Microporus )

Gejala dan perkembangannya .
Penyakit akar putih disebabkan oleh jamur Rigidoporus microporus ( Rigidoporus lignosus ). Penyakit ini mengakibatkan kerusakan pada akar tanaman. Gejalanya pada daun terlihat pucat kuning dan tepi atau ujung daun terlipat kedalam. Kemudian daun gugur dan ujung ranting menjadi mati. Daun muda, bunga dan buah terbentuk lebih awal. Pada perakaran tanaman sakit tampak benang-benang jamur bewarna putih dan agak tebal( rizomorf ). Jamur kadang-kadang menbentuk badan buah mirip topi bewarna jingga kekuning-kuningan pada pangkal tanaman.
Pada serangan berat akar tanaman menjadi busuk sehingga tanaman mudah tumbang dan mati. Kematian tanaman sering merambat tanaman tetangganya. Penularan jamur biasanya berlangsung melalui kontak akar tanaman sehat ke tunggul-tunggul dan akar tanaman . Penyakit akar putih sering dijumpai pada tanaman karet umur 1-5 tahun terutama pada tanaman yang bersemak, banyak tunggul, sisa akar, dan pada tanah gembur atau berpasir.

Dalam pengendalian penyakit pada umumnya pencegahan lebih dianjurkan daripada pengobatan karena biayanya lebih murah dan resiko kerugian ekonomi akibat kerusakan penyakit lebih kecil. Adapun pengendalian penyakit akar putih dapat dilakukan sebagai berikut .

Tindakan Pencegahan
a. Pembongkaran dan pemusnahan tunggul dan sisa akar tanaman
Dilakukan dengan menggunakan buldoser atau traktor kemudian diikuti dengan penyingkiran atau pembakaran, pemusnahan juga dapat dilakukan dengan penggunaan racun tunggul Garlon 480 EC atau Tordon 101 yang dapat mempercepat proses pelapukan tunggul atau sisa akar tanaman.
b. Penanaman kacangan penutup tanah
Hal ini dilakukan karena selain meningkatkan kesuburan tanaman kacangan juga mampu meningkatkan jumlah jasad renik( jamur , bakteri, dan aktinomiset ) dalam tanah yang membantu pelapukan tunggul dan sisa akar tanaman dam menghambat tumbuhnya jamur akar putih. Jenis kacangan yang dianjurkan adalah Pueraria javanica, centrosema pubescens, calopogonium mucunoides, psopocarpus palustris, dan colopogonium caeruleum.
c. Penanaman Bibit sehat
Melakukan seleksi Bibit yang akan ditanam, apabila bibit telah tertular jamur akar putih sebaiknya dicelupkan kelarutan fungisida .
d. Perlindungan Tanaman
Perlindungan tanaman dilakukan dengan cara menaburkan belerang (100g-200g/pohon) disekeliling tanaman sampai 100 cm dari leher akar pada tanah yg telah digemburkan hal ini dilakukan setiap tahun mulai tahun pertama sampai dengan tahun kelima . atau juga dapat dilakukan dengan mencampur belerang dengan tanah pengisi dengan dosis 100g bersamaan pada waktu penanaman bibit. Belerang berfungsi untuk meningkatkan keasaman tanah, kondisi tanah yang asam dapat menghambat perkembangan jamur akar putih selain itu dapat juga mendorong perkembangan jamur antagonis terhadap jamur akar putih yaitu Trichoderma dan gliocladium .
e. Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanaman dimaksudkan untuk membuat tanaman tumbuh baik, subur, dan kuat sehingga tahan terhadap serangan penyakit/jamur. Pemeliharaan meliputi pemberian dengan dosis yang tepat, penyiangan gulma/kacangan penutup tanah disekeliling tanaman.
f. Tidak menanam tumbuhan inang jamur akar putih
Di antara tanaman karet dapat ditanam tanaman sela palawija atau holtikultura tetapi tidak dianjurkan menanam tanaman sela yang merupakan inang jamur seperti ubi kayu, ubi jalar, tanaman bergetah dan lain-lain.