Sabtu, 09 Mei 2009

C. PENYAKIT DAUN

C. PENYAKIT DAUN

1. Penyakit Gugur Daun Corynespora (C.cassiicola)

Gejala dan perkembangannya
Penyakit gugur daun Corynespora disebabkan oleh jamur Corynespora cassicola yang menyerang daun karet muda maupun tua. Gejala serangan pada daun cokelat masih belum tampak tetapi sesudah daun menjadi hijau muda gejala mulai terlihat berupa bercak hitam kemudian berkembang seperti menyirip daun mejadi lemas dan pucat pada bagian ujungnya mati dan menggulung pada daun tua. Bercak hitam tersebut akan tampak seperti tulang ikan dan akan makin meluas mengikuti urat daun dan kadang-kadang tidak teratur. Bagian pusat bercak bewarna cokelat atau kelabu kering dan berlubang selanjutnya daun akan menjadi kuning atau cokelat kemerahan dan akhirnya gugur. Jamur ini menyerang tangkai dan daun muda. Serangan jamur biasanya berlangsung lambat dan gugur daun biasanya baru terjadi 2 -3 bulan setelah infeksi jamur. Pengguguran daun akan berlangsung secara terus menerus sepanjang tahun sehingga pertumbuhan terhambat, tidak dapat disadap dan lambat laun tanaman akan mati. Serangan sering terjadi pada kebun-kebun yang terdapat didataran rendah dengan keadaan iklim agak basah. Penularan jamur berlangsung dengan penyebaran spora yang diterbangkan oleh angin dalam kondisi agak lembab pada siang hari , jamur ini mempunyai banyak tumbuhan inang seperti ketela pohon, akasia, angsana, papaya, beberapa rumputan dan lain-lain .

Tindakan Pengendalian
a. Tidak menanam klon yang rentan pada daerah rawan serangan jamur. Dianjurkan menanam beberapa klon anjuran dalam suatu hamparan kebun untuk mengurangi resiko kerugian akibat serangan jamur.
b. Memberikan pupuk ekstra dengan menambah dosis KCL (1,5 x dosis anjuran ) untuk meningkatkan kemampuan tanaman menahan serangan jamur.
c. Melindungi tanaman dengan penyemprotan fungisida Antracol 70 WP, Bavisitin 50 WP, Benlate 50 WP, Daconil 75 WP atau Dithane M-45 dengan alat semprot punggung. Penyemprotan dilakukan seminggu sekali dimulai pada waktu tanaman berdaun cokelat sampai hijau. Penggunaan fungisida hanya dapat dilakukan di pembibitan dalam polybeg sedangkan pada tanaman dilapangan dianggap tidak menguntungkan.
d. Tanaman yang produksinya sangany rendah karena serangan berat terus-menerus sebaiknya diganti dengan klon yang tahan terhadap penyakit gugur daun Corynespora.

2. Penyakit Gugur Daun Colletotrichum ( C. Gloeosporioides )

Gejala dan Perkembangannya
Penyakit gugur daun colletotrichum disebabkan oleh jamur Colletotrichum Gloeosporioides. Penyakit gugur daun ini mengakibatkan kerusakan pada tanaman di pembibitan, tanaman muda, dan menghasilkan. Daun-daun muda yang terserang terlihat lemas bewarna hitam, mengeriput bagian ujungnya mat , menggulungi dan akhirnya gugur. Pada daun dewasa terlihat bercak-bercak bewarna hitam, berlubang dan daun berkeriput serta bagian ujungnya mati. Tanaman yang terserang berat, tajuknya menjadi gundul sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat dan produksinya menurun. Penyakit ini juga mengakibatkan mati pucuk.
Serangan jamur terjadi pada waktu tanaman membentuk daun muda selama musim hujan. Serangan berat biasanya terdapat pada klon peka dan kebun yang terletak pada ketinggian di atas 200 m dari permukaan laut serta beriklim basah.
Penularan jamur berlangsung dengan perantaraan spora yang dibawa oleh angin dan air hujan terutama pada malam hari atau cuaca lembab.

Tindakan Pengendalian
a. Tidak menanam klon yang rentan pada kebun-kebun yang rawan penyakit gugur daun colletotrichum yaitu didaratan tinggi dan bercurah hujan tinggi.
b. Memacu pembentukan daun muda lebih cepat dan mendorong pertumbuhan tanaman yang lebih baik dengan memberikan pupuk ekstra beberapa kali sebelum terbentuk duan baru agar tanaman terhindar dan lebih tahan terhadap serangan jamur.
c. Melindungi tanaman dengan penggunaan fungisida Antracol 70 W, Cupravit 21 OB, Daconil 75 WP, Delsense MX 200, Dithane M-45, Manzate M-200, atau Sportak 450 EC seminggu sekali selama lima kali penggunaan. Penggunaan fungisida dilakukan pada waktu 10% pohon dalam kebun atau pembibitan telah membentuk daun baru. Penggunaan fungisida dilakukan dengan memakai alat mistblower atau alat semprot punggung dipembibitan atau kebun entres sedangkan alat pengabut ( fulsfog atau dynafog ) pada pertanaman dilapangan. Penggunaan Cupravit 21 OB yang mengandung unsur tembaga tidak dianjurkan pada tanaman yang menghasilkan karena merusak mutu lateks.

3. Penyakit Gugur Daun Oidium ( O. Heveae )

Gejala dan perkembangannya

Penyakit gugur daun ini disebabkan oleh jamur Oidium Heveae. Penyakit ini mengakibatkan kerusakan pada tanaman dipembibitan, tanaman muda dan menghasilkan. Jamur menyerang daun muda yang masih bewarna cokelat. Daun yang terserang terlihat bewarna hitam, lemas mengeriput, dan berlendir. Dibawah permukaan daun terdapat bercak putih seperti tepung halus yang terdiri dari atas benang hifa dan dan spora jamur. Pada serangan lanjut daun akar gugur dan tinggal tangkainya saja. Serangan jamur pada daun tua ditandai dengan adanya bercak kekuningan pada helaian daun dan terdapat tepung halus bewarna putih dipermukaan tetapi daun-daun tersebut tidak banyak gugur. Serangan berat jamur mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat dan tingkat produksi yang menurun. Jamur ini juga menyerang bunga tanaman sehingga produksi biji juga menurun.
Serangan penyakit biasanya berlangsung pada waktu daun muda terbentuk bersamaan dengan hujan rintik-rintik atau kabut dipagi hari pada awal musim hujan. Serangan berat pada umumnya terjadi pada klon peka dan kebun yang terdapat pada ketinggian dia atas 200 mdari permukaan air laut.
Penularan jamur berlangsung dengan perantaraan spora yang diterbangkan oleh angina dan embun jarak jauh .

Tindakan Pengendalian
a. Klon-klon yang rentan sebaiknya tidak ditanam didaerah yang rawan penyakit gugur daun Oidium.
b. Menghindari serangan jamur Oidium Heveae dengan merangsang pembentukan daun baru lebih awal. Tanaman yang terlambat gugur alami dan diperkirakan akan membentuk daun baru pada awal musim hujan perlu diberi pupuk tambahan nitrogen satu kali dosis anjuran. Pupuk nitrogen berfungsi untuk merangsang pembentukan daun baru lebih awal sehingga diharapkan daun tanaman telah menjadi hijau pada waktu jamur Oidium Heveae timbul pada awal musim hujan. Perlu diperhatikan bahwa sebaiknya pupuk tersebut dibenamkan kedalam tanah agar mudah diserap akar tanaman.
c. Melindungi daun tanaman dari serangan Oidium Heveae dengan fungisida Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC, Belerang, atau Tilt 250 EC. Penggunaan fungisida dilakukan seminggu sekali sebanyak lima kali, dimulai pada waktu 10% pohon dalam kebun membentuk daun baru dan telah terlihat gejala serangan Oidium Heveae berupa bercak hitam atau cokelat atau embun tepung bewarna putih pada daun tanaman. Penggunaan belerang(10-15kg/ha) dilakukan dengan cara penghembusan dengan alat penghembus bermotor pada pada pagi hari agar fungisida mudah melekat pada permukaan daun yang masih basah dan tidak diterbangkan oleh angin. Sedangkan penggunaan Bayleton 250 EC, Bayfidan 250 EC atau Tilt 250 EC dilakukan dengan alat penyemprot bermotor atau alat Pengabut ( fulsfog atau dynafog ).


GULMA DI PERKEBUNAN KARET DAN PENGENDALIANNYA

Gulma pada tanaman adalah tumbuhan yang tumbuh disuatu tempat dan pada waktu tidak tepat sehingga keberadaanya tidak dikehendaki karena menganggu pertumbuhan tanaman, terganggunya aktifitas pemeliharaan, penurunan produksi sampai dengan kematian tanaman sehingga dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup tinggi apabila tidak segera dikendalikan.
A. Berikut kerugian langsung dan tidak langsung yang ditimbulkan Gulma

1. Gulma menghambat pertumbuhan tanaman dan menurunkan produksi karena terjadi kompetisi dengan tanaman dalam pemanfaatan air, unsure hara, cahaya matahari, C02, dan ruang tumbuh .
2. Gulma disepanjang jalur tanaman karet menghasilkan akan menghambat pelaksanaan penyadapan dan pengumpulan lateks sehingga meningkatnya biaya produksi atau pemanenan.
3. Gulma meningkatkan biaya pemeliharaan tanaman karet sebesar 50-70% pada tanaman belum menghasilkan, 20-30% pada tanaman menghasilkan.
4. Beberapa jenis gulma dapat mendorong berkembangnya penyakit tanaman karet karena berperan sebagai inang suatu patogen dan meningkatkan kelembapan tanah disekitar perakaran tanaman .
5. Gulma sering menjadi pemicu terjadinya kebakaran terutama pada pertumbuhan gulma yang cukup lebat seperti alang-alang pada musim kemarau .

B. Beberapa jenis gulma pada perkebunan karet

1. Imperata Cylindrica ( L. ) Raeuschel
Imperata Cylindrica dikenal dengan beberapa nama umum seperti alang-alang(jawa), lalang(melayu), dan eurih(sunda) serta banyak nama lainnya. Alang-alang dapat tumbuh baik pada pada daerah dataran rendah sampai dengan ketinggian 2000 m dari permukaan air laut .
2. Mikania Micranta HBK
Mikania Micranta adalah gulam tahunan yang juga dikenal dengan beberapa nama umum seperti sembung rambat ( jawa ), dan areu sembung rambat (sunda ). Daerah penyebarannya cukup luas, yaitu daerah dataran rendah sampai dengan ketinggian 1000 m diatas permukaan laut.
3. Melastoma Malabathricum L
Melastoma Malabathricum mempunyai beberapa nama daerah antara lain senduduk (melayu), senggani(jawa), dan harendong(sunda). Gulma ini banyak dijumpai dilahan perkebunan dengan jenis tanah podsolik merah kuning, dan mampu tumbuh baik sampai dengan ketinggian 1.650 m diatas permukaan air laut.
4. Chromolaena Odorata ( L.)R.M.King dan H.Robinson.
Gulma ini dahulu dikenal sebagai Eupatorium Adoratum(L.) dan memiliki nama umum kirinyuh(sunda), Babanjaran(sunda), dan pokok kapal terbang (melayu). Gulma ini dapt tumbuh dengan baik dalam keadaan lingkungan yang teduh maupun kering, sehingga daerah perkembangannya cukup luas diberbagai jenis tanah dan komoditi yang dibudidayakan.
5. Lantana Camara L.
,ayam(melayu), puyengan(jawa), dan kembang telak(jawa) adalah tumbuhan perdu tahunan yang berasal dari amerika. Daerah penyebarannya cukup luas yaitu daerah dataran rendah sampai pada ketinggian 1.700 meter diatas permukaan laut.
6. Paspalum Conjugatum Berg.
Paspalum Conjugatum berasal dari daerah amerika tropis dan memiliki beberapa nama local antara lain rumput pait( melayu), paitan(jawa), dan jukut pahit(sunda). Gulma ini merupakan rumput tahunan yang tumbuh menjalar dan memiliki stolon, yang pada setiap ruasnya dapat berbentuk akar. Batang atau rumpun Paspalum Conjugatum dapat tumbuh tegak atau miring dengan ketinggian mencapai 60 cm .

Tidak ada komentar: