Sabtu, 09 Mei 2009

PENGOBATAN TANAMAN SAKIT

PENGOBATAN TANAMAN SAKIT


Sebaiknya dilakukan pada waktu serangan dini untuk mendapatkan keberhasilan pengobatan dan risiko kematian tanaman .Bila pengobatan dilakukan pada waktu serangan lanjut maka kberhasilan pengobatan hanya mencapai dibawah 80%.
Cara penggunaan dan jenis yang dianjurkan adalah :
a. Pengolesan: Calixin CP, Fomac 2, Ingro Pasta 20 PA, dan Shell CP dilakukan pada sekeliling tanaman sakit ( akar lateral yang telah membusuk sebaiknya dipotong )
b. Penyiraman : Alto 100 SL, Anvil 50 SC, Bayfidan 250 EC, Bayleton 250 EC, Calixin 750 EC, Sumiate 12,5 WP, dan Vectra 100 SC. Dengan dosis 1-2liter pada tanaman belum menghasilkan dan 2-3liter pada tanaman menghasilkan , penyiraman juga dilakukan pada tanaman tetangga untuk mencegah penularan.
c. Penaburan : Anjap P, Biotri P, Bayfidan 3 G(5-10g/pohon), Belerang, dan Triko SP+(50g/pohon pada tanaman usia 0-2 tahun , 100g/pohon pada tanaman umur 2-4 tahun, dan 150g/pohon pada tanaman usia 5 tahun. Penggunaan Triko SP+ sebaiknya diikuti dengan penaburan belerang sebanyak 50g-100g/pohon disekeliling tanaman sampai selebar 1m dari leher akar.
Pada saat pengobatan tanah disekitar tanaman sakit digemburkan terlebih dahulu untuk memudahkan peyerapan obat tanaman, Pengobatan sebaiknya diulangi dengan selang 6 bulan hingga tanaman menjadi sehat . Setelah dilakukan pengobatan sebaiknya tanaman sakit diberi pupuk ekstra berupa campuran pupuk urea, Sp36 dan Kcl atau Pupuk majemuk NPK sesuai anjuran.

B. PENYAKIT CABANG DAN BATANG

1. Lapuk Cabang dan Batang Fusarium

Gejala dan Perkembangannya
Lapuk cabang dan batang fusarium juga disebut Nekrosis Kulit yang disebabkan oleh Jamur Fusarium sp pada kulit yang sakit juga ditemukan juga penyakit Botryodiplodia theobromae. Gejalanya pada kulit batang timbul bercak bewarna hitam kecokelatan dengan ukuran 2-5 cm, bercak-bercak biasanya agak basah kemudian makin membesar dan akhirnya beragabung satu sama lain hingga akhirnya sebagian atau seluruh batang/cabang mengalami pembusukan. Penyakit ini dapat timbul pada batang tanaman hingga cabang tanaman hingga mengakibatkan kerusakan pada kulit batang sehingga tanaman tidak dapat disadap dan mudah patah. Kulit yang busuk dan rusak akan mengundang kumbang penggerek xyleborus mascarensis dan platypuscupulatus dan diikuti jamur ustulina sehingga menimbulkan kerusakan/batang cabang tanaman yang lebih berat. Kondisi cuaca lembab dan hujan yang terus menerus merupakan factor pendorong berkembangnya penyakit ini. Penularan penyakit berlangsung dengan penyebaran spora yang dibawa oleh angina pada kondisi cuaca lembab atau hujan .
Tindakan Pengendalian
a. Tidak menanam klon yang rentan seperti AVROS 2037, GT 1, PB 260, dan PB 235 pada daerah yang rawan penyakit( daerah lembab )
b. Melakukan pengobatan pada tanaman sakit dengan pengolesan Benlate 50 WP, Agrosid 50 SD atau Antico F-96 dengan menggunkan kuas. Atau juga bisa dilakukan dengan cara penyemprotan seminggu sekali secara berulang hingga 4-6 kali semprotan .
c. Bagian kulit yang busuk dikupas dan ditutup dengan TB 192 untuk mencegah masuknya kumbang penggerak batang/cabang.
d. Tanaman sehat disekitar disemprot atau dioles batang/cabangnya dengan fungisida seminggu sekali untuk mencegah penyakit ynag lebih luas.
e. Batang, cabang, atau tanaman yang mati dikumpulkan dan dibakar untuk menghilangkan infeksi jamur
f. Tanaman yang mengalami serangan berat diistirahatkan, tidak disadap sampai tanaman pulih kembali.

2. Jamur Upas ( corticium salmonicolor )

Gejala dan Perkembangannya
Penyakit jamur upas disebabkan oleh jamur Corticium Salmonicolor yang menyerang tanaman muda dan menghasilkan. Jamur ini mempunyai empat tingkat perkembangan, mula-mula terbentuk lapisan jamur yang tipis dan bewarna putih pada permukaan kulit kemudian jamur berkembang membentuk kumpulan-kumpulan benang jamur selanjutnya terbentuk lapisan kerak bewarna merah muda(corticium) pada tingkat ini jamur telah masuk kebagian kayu dan pada tahapan selanjutnya jamur akan membentuk lapisan tebal bewarna cokelat kehitaman ( necator ) pada bagian yang terserang biasanya keluar lateks bewarna cokelat hitam pada permukaan batang tanaman. Kulit yang sakit akhirnya akan membusuk dan bewarna hitam kemudian mengering dan terkelupas, pada bagian kayu dibawah kulit yang sakit akan menjadi lapuk dan menghitam sehingga mudah patah oleh angin. Penularan terjadi melalui penyebaran spora yang dibawa oleh angin. Serangan jamur upas sering dijumpai pada tanaman muda antara umur tiga sampai dengan tujuh tahun terutama pada daerah yang memiliki tingkat kelembapan dan curah hujan yang tinggi .
Tindakan Pengendalian
a. Menghindari penggunaan Klon yang rentan seperti GT 1 dan PB 217, Pada daerah ini sebaiknya klon yang ditanam AVROS 2037, BPM 24, BPM 1, BPM 107, PB 260, PR 261, RRIC 100.
b. Jarak tanam diupayakan tidak terlalu rapat untuk mencegah kelembapan yang tinggi karena suhu yang lembab dapat membantu perkembangan jamur upas
c. Pengobatan harus dilakukan sedini mungkin yaitu pada saat terlihat gejala adanya benang bewarna putih dengan mengoleskan Fungisida Bubur Bordo (diulang selang dua minggu), Calixin 750 EC atau Antico F-96 ( tiga bulan sekali hingga tanaman sehat ) pada bagian batang yang terkena serangan jamur hingga 30 cm pada bagian atas dan bawah dibagian yeng terserang. Bubur bordo dan fungisida yang mengandung unsure tembaga tidak dianjurkan karena dapat merusak mutu lateks.
d. Bila percabangan terkena serangan lanjut ( tingkat corticium atau necator ) dilakukan pengupasan kulit busuk kemudian dioleskan Calixin 750 EC secukupnya.
3. Kekeringan Alur Sadap ( Tapping Panel Dryness, Brown Bast )

Gejala dan perkembangannya
Penyakit ini ini disebabkan oleh penyadapan yang terlalu sering mengakibatkan kekeringan alur sadap sehingga tidak dapat mengalirkan lateks, selain itu penyakit ini juga ditimbulkan akibat penggunaan bahan perangsang lateks ethepon. Tanaman yang tumbuh subur, tanaman yang tumbuh dari biji( seedling ) dan tanaman yang sedang membentuk daun baru sering terserang Penyakit ini. Pada awalnya ditandai dengan tidak mengalirnya lateks pada sebagian alur sadap selanjutnya dalam beberapa minggu keseluruhan alur sadap ini akan menjadi kering, bewarna cokelat dan tidak mengeluarkan lateks. Kekeringan kulit tersebut dapat meluas kekulit lainnya yang seumur tetapi tidak meluas dari kulit perawan kekulit pulihan dan sebaliknya.Gejala lain yang ditimbulkan penyakit ini terjadinya pecah-pecah pada kulit dan pembengkakan atau tonjolan pada batang tanaman. Kekeringan alur sadap dapat meluas pada kulit yng seumur pada pohon yang sama artinya tidak akan menular kepohon lainnya.
Tindakan Pengendalian
a. Menghindari penyadapan yang terlalu sering dan mengurangi pemakaian perangsang lateks(ethepon) pada klon yang mudah terserang seperti BPM 1, PB 235, PB 260, PR 261, dan RRIC 100
b. Bila terjadi penurunan produksi karet kering yang terus menerus pada lateks yang dipungut serta peningkatan jumlah pohon yang terkena kering alur sadap hingga 10% pada seluruh areal, maka penyadapan diturunkan iintensitasnya dari ½ S d/2 menjadi ½ S d/3 atau ½ S d/4. dan penggunaan ethepon dikurangi atau dihentikan untuk mencegah agar pohon lainnya tidak mengalami hal yang sama.
c. Membuang kulit yang kering dengan cara pengerokan sampai batas 3mm-4mm dari kambium selanjutnya dioles dengan bahan perangsang NoBB atau Antico F-96 sekali empat bulan atau 3 kali/tahun. Pengolesan dengan NoBB harus diikuti dengan penyemprotan pestisida matador 25 EC pada bagian yang dioles sekali seminggu untuk mencegah masuknya kumbang penggerak. Penyadapan dapat dilakukan dibawah kulit yang kering atau dibagian yang sehat dengan intensitas rendah ½ S d/3 atau ½ S d/4.
d. Pohon yang mengalami kekeringan alur sadap perlu diberikan pupuk ekstra untuk mempercepat pemulihan kulit.

4. Penyakit Bidang Sadap Mouldy Rot ( Ceratocystis Fimbriata )

Gejala dan Perkembangannya
Penyakit bidang sadap mouldy rot disebabkan jamur ceratocystis fimbriata.Peyakit ini mengakibatkan kerusakan pada bidang sadapan sehingga pemulihan kulit terganggu. Bekas bidang sadapan menjadi bergelombang sehingga sagat mempersulit peyedapan berikutnya.Ada kalanya bidang sadap rusak sama sekali sehingga tidak mungkin lagi disadap.Pada bidang sadap dekat alur sadap mula-mula terlihat selaput tipis berwarna putih, kemudian berkembang membentuk lapisan seperti beludru berwarna kelabu, sejajar alur sadap, jamur mempunyai benang-benang hifa yang membentuk lapisan bewarna kelabu pada bagian yang terserang. Spora banyak dihasilkan pada bagian yang sakit, dan dapat bertahan hidup dalam keadaan kering. Bila lapisan kelabu ini dikerok akan tampak bintik-bintik bewarna cokelat atau hitam. Serangan ini meluas sampai ke cambium hingga ke bagian kayu. Penularan jamur berlangsung dengan penyebaran spora yang diterbangkan oleh angin dalam jarak jauh. Disamping itu jamur juga dapat ditularkan oleh pisau sadap ayng membawa benih penyakit dari bidang sadap yang sakit. Serangan mouldy rot biasanya timbul pada musim hujan, juga sering dijumpai pada kebun-kebun yang mempunyai kelembapan tinggi, daerah beriklim basah dan tanaman disadap terlalu sering dan terlalu dalam.
Tindakan pengendalian
a. Di daerah yang sering mengalami serangan mouldy rot atau beriklim basah sebaiknya tidak ditanam klon yang rentan GT 1.
b. Mencegah kelembapan dengan mengatur jarak tanam yang tidak terlalu rapat dan memangkas tanaman kacangan yang terlalu lebat.
c. Memberikan dosis pupuk yang tepat sesuai anjuran agar tanaman sehat sehingga pemulihan kulit berlangsung cepat.
d. Penyadapan dilakukan tidak terlalu sering dan dalam untuk mengurangi terjadinya serangan dan mempercepat pemulihan. Menurunkan intensitas penyadapan dari ½ S d/2 menjadi ½ S d/3 atau ½ S d/4, atau menghentikan penyadapan sama sekali pada waktu terjadinya serangan berat.
e. Mengobati kulit putihan yang terserang dengan mengoleskan fungisida Antico F-96, Bayleton 2 PA, Bavistin 50 WP, Benlate 50 WP, Derosal 60 WP, atau Topsin M 75 WP dengan kuas selebar 5 cm diatas irisan sadap.sehari setelah penyadapan sebelum getah kering dilepaskan dari alur sadap. Bila terjadi serangan berat penggobatan dilakukan seminggu sekali dan bila serangan ringan dua minggu sekali. Penggunaan fungisida Derosal 60 WP, Topsin M 75 WP atau Benlate 50 WP harus digilir dengan fungisida lainnya untuk terhadap fungisida tersebut.
f. Setiap kali penyadapan sebaiknya pisau sadap dicelupkan kedalam larutan fungisida tersebut untuk mencegah penularan jamur.

Tidak ada komentar: